INFO UMROH TERKINI

MEDIA INFORMASI SEPUTAR HAJI, UMROH DAN ISLAMI

Yatsrib atau Madinah? Pandangan Sejarah dan Etika Penyebutan

Info Umroh Terkini – Sebelum Rasulullah SAW hijrah, Kota Madinah dikenal dengan nama Yatsrib. Namun, setelah kedatangan Rasulullah, beliau tidak menyarankan untuk menggunakan nama tersebut. Sebab, sebutan Yatsrib dianggap sebagai nama dari masa jahiliyah yang memiliki konotasi negatif.

Menurut Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi, hingga awal perkembangan Islam, kota itu masih sering disebut Yatsrib oleh penduduknya. Namun, Rasulullah SAW melarang penggunaan nama tersebut karena beberapa alasan. Penulis kitab Mazahirul Haq menyebut bahwa kata Yatsrib memiliki makna yang tidak baik, berasal dari kata “Yastrih” yang artinya kerusakan dan kebinasaan.

Lebih jauh, beberapa ulama menyebutkan bahwa nama Yatsrib memiliki sejarah yang terkait dengan hal-hal negatif. “Ada yang mengatakan Yatsrib adalah nama sebuah patung yang disembah pada masa jahiliyah. Ada juga pendapat bahwa Yatsrib adalah nama seseorang yang zalim, dan nama kota itu diambil darinya,” terang Syekh Maulana.

Dalam kitab Tarikh karya Imam Bukhari Rah.a, disebutkan sebuah hadis Rasulullah yang memberikan peringatan keras bagi siapa saja yang menyebut Madinah dengan nama Yatsrib. Hadis itu menyatakan, “Barangsiapa yang menyebut Madinah dengan sebutan Yatsrib, hendaknya mengucapkan ‘Madinah’ sepuluh kali sebagai bentuk penebusan kesalahannya.”

Menurut Hafizh Ibnu Hajar Rah.a dalam kitab Fathul Bari, sebagian ulama menghukumi makruh menyebut Madinah dengan nama Yatsrib. Hal ini didasarkan pada kesepakatan bahwa penggunaan nama Yatsrib membawa konotasi yang tidak sesuai dengan kesucian kota tersebut.

Baca Juga  Rombongan Perdana Jemaah Umrah Undangan Raja Salman Resmi Tiba di Madinah

Meski dalam Surah Al-Ahzab ayat 13, Allah SWT menyebutkan istilah “Yatsrib” untuk menggambarkan perkataan kaum munafik, para ulama sepakat bahwa penyebutan itu tidak bisa dijadikan dalil untuk menggunakan nama tersebut di masa sekarang. Ayat itu berbunyi:

“Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.”

Syekh Maulana menekankan bahwa sebutan “Yatsrib” dalam ayat tersebut adalah kutipan dari perkataan orang-orang non-Muslim pada masa itu. Oleh karena itu, tidak pantas digunakan sebagai justifikasi untuk menyebut kota suci Madinah dengan nama Yatsrib.

Kini, kota tersebut lebih dikenal dengan sebutan Madinah Al-Munawwarah, yang berarti “Kota yang Bercahaya”. Nama ini mencerminkan kemuliaan kota yang menjadi pusat perkembangan agama Islam dan tempat peristirahatan terakhir Rasulullah SAW.

Sumber : khazanah.republika.co.id

Tags :

Related Post