INFO UMROH TERKINI

MEDIA INFORMASI SEPUTAR HAJI, UMROH DAN ISLAMI

Haji Zaman Dulu: Perjuangan Jemaah Indonesia Menuju Tanah Suci

Daftar Isi

Info Umroh Terkini – Ibadah haji bagi umat Islam di Indonesia memiliki sejarah panjang yang penuh makna. Dari masa penjajahan hingga era modern, perjalanan menuju Tanah Suci selalu menjadi tantangan tersendiri. Saat ini, jemaah haji dapat menikmati perjalanan yang lebih cepat dan nyaman, tetapi di masa lalu, perjalanan haji memerlukan perjuangan besar, waktu berbulan-bulan, serta menghadapi berbagai rintangan.

Sejarah Awal Perjalanan Haji di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13, dan sejak itu, masyarakat Muslim Nusantara mulai menunaikan ibadah haji. Pada masa itu, satu-satunya cara untuk mencapai Mekah adalah melalui jalur laut, menggunakan kapal-kapal dagang atau kapal tradisional yang jauh dari kata nyaman.

Para calon jemaah haji berangkat dari berbagai pelabuhan besar seperti Banten, Surabaya, Makassar, dan Batavia (Jakarta). Perjalanan ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan lebih dari enam bulan, tergantung kondisi cuaca dan kapal yang digunakan.

Selama perjalanan panjang, para jamaah menghadapi berbagai tantangan berat, di antaranya:

🚢 Kondisi kapal yang sempit dan kurang layak
🌊 Cuaca laut yang tidak menentu
🥀 Kurangnya makanan dan air bersih
🤒 Wabah penyakit yang kerap menyerang

Tak sedikit jamaah yang gugur di tengah perjalanan, baik akibat kelaparan, penyakit, maupun kecelakaan di laut. Bahkan, ada yang wafat setibanya di pelabuhan transit seperti Singapura atau Jeddah, sebelum sempat menginjakkan kaki di Tanah Suci. Namun, semangat untuk menunaikan rukun Islam kelima tetap menguatkan hati mereka untuk terus berjuang.

Perjalanan Haji di Masa Kolonial: Dibatasi dan Dikenakan Pajak

Pada masa penjajahan Belanda, perjalanan haji semakin sulit karena pemerintah kolonial menerapkan berbagai pembatasan. Tujuan utama kebijakan ini adalah mengontrol pergerakan umat Islam dan mengawasi kemungkinan pengaruh dari luar terhadap rakyat Nusantara.

Beberapa aturan ketat yang diberlakukan antara lain:

📜 Calon jemaah harus melapor dan mendapatkan izin dari pemerintah kolonial
💰 Harus membayar pajak keberangkatan haji yang cukup tinggi
Pembatasan jumlah jemaah haji yang boleh berangkat

Baca Juga  Pembagian Kuota Jemaah dan Petugas Haji 2025, Berikut Rinciannya

Meski begitu, semangat umat Islam Indonesia tidak surut. Banyak yang tetap berangkat dengan cara-cara mandiri, bahkan ada yang memilih jalur tidak resmi agar bisa menunaikan ibadah haji. Beberapa kelompok jemaah berangkat dalam rombongan kecil, sering kali dengan dukungan dari ulama atau tokoh agama setempat.

Peran Ulama dan Kyai dalam Perjalanan Haji

Di masa lalu, keberangkatan haji tidak hanya menjadi perjalanan ibadah, tetapi juga menjadi momentum pembelajaran agama. Peran ulama dan kyai sangat penting dalam membimbing jemaah selama perjalanan panjang.

Mereka tidak hanya mengajarkan manasik haji, tetapi juga membantu jemaah dalam menghadapi kesulitan selama perjalanan. Jamaah haji biasanya merasa lebih tenang dan aman jika berangkat bersama seorang kyai yang sudah berpengalaman dalam ibadah haji.

Selain itu, perjalanan haji pada masa lalu juga menciptakan ikatan sosial yang kuat. Jemaah dari satu kampung atau daerah biasanya berangkat bersama-sama, saling membantu, dan membentuk komunitas yang solid selama di perjalanan.

Dari Kapal ke Pesawat: Perubahan Besar dalam Perjalanan Haji

Setelah Indonesia merdeka, perjalanan haji mulai mengalami modernisasi. Jika dulu jemaah harus menempuh perjalanan laut yang memakan waktu berbulan-bulan, kini perjalanan ke Tanah Suci hanya membutuhkan beberapa jam dengan pesawat.

📌 Era 1950-an: Jemaah masih banyak yang menggunakan kapal laut, perjalanan ke Mekah bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
📌 Era 1970-an: Pemerintah Indonesia mulai mengelola pemberangkatan haji secara lebih terorganisir
📌 Era 1980-an – Sekarang: Jemaah haji Indonesia sudah bisa menikmati penerbangan langsung dengan fasilitas yang lebih nyaman

Meski saat ini perjalanan haji jauh lebih mudah dan cepat, perjuangan jemaah haji di masa lalu tetap menjadi bagian dari sejarah penting umat Islam di Indonesia.

kapal-yang-membawa-jamaah-haji-berangkat-ke-makkah-pada_200422210919-923.jpg

Perjalanan Haji di Masa Kolonial

Pada masa penjajahan Belanda, perjalanan haji menjadi semakin sulit karena pengawasan ketat oleh pemerintah kolonial. Pemerintah Belanda memberlakukan berbagai kebijakan yang membatasi jumlah jamaah haji Indonesia, dengan tujuan untuk mengendalikan mobilitas umat Islam. Beberapa regulasi yang diterapkan antara lain kewajiban melaporkan diri kepada pemerintah kolonial untuk mendapatkan izin berangkat haji serta kewajiban membayar pajak atau biaya yang cukup tinggi.

Baca Juga  Kepala BP Haji Beberkan Fenomena Titip Seleksi Petugas Haji

Meski demikian, semangat umat Islam Indonesia untuk menunaikan ibadah haji tidak surut. Banyak jamaah haji yang tetap berangkat dengan cara-cara yang sangat terbatas. Mereka berangkat secara mandiri atau melalui kelompok-kelompok kecil yang tidak terorganisir dengan baik. Di beberapa daerah, keberangkatan haji juga dilengkapi dengan pengajaran agama dari ulama-ulama setempat yang telah berpengalaman dalam melaksanakan ibadah haji.

Peran Besar Kyai Sebagai Pembimbing

Dalam perjalanan haji pada masa lampau, peran para kiai atau ulama sangat penting. Mereka tidak hanya sebagai pembimbing spiritual bagi jamaah haji, tetapi juga sebagai pemimpin yang menjaga keharmonisan selama perjalanan. Banyak calon haji yang merasa lebih aman dan terjaga apabila mereka berangkat bersama kiai atau ulama yang sudah berpengalaman.

Selain itu, keberangkatan haji juga sering menjadi ajang persaudaraan dan kekompakan antarwarga. Jamaah haji dari satu kampung atau daerah sering kali berangkat bersama-sama, menciptakan ikatan sosial yang kuat. Mereka saling mendukung selama perjalanan panjang yang penuh tantangan.

suasana-kapal-laut-pengangkut-jamaah-haji-pada-abad_230531120757-198.jpg

Periode Setelah Kemerdekaan Indonesia

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, perjalanan haji mulai mengalami perubahan signifikan. Pemerintah Indonesia mulai memperhatikan lebih serius pengelolaan ibadah haji dengan mendirikan Departemen Agama yang bertugas untuk mengatur dan menyelenggarakan perjalanan haji. Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mempermudah akses ibadah haji bagi umat Islam.

Pada 1950-an, pemerintah mulai mengatur pelaksanaan ibadah haji secara lebih terstruktur. Salah satu langkah penting adalah pendirian Lembaga Penyelenggara Ibadah Haji (LPIH) yang menjadi bagian dari Departemen Agama, yang bertugas untuk mengelola dan memfasilitasi perjalanan haji jamaah Indonesia. Sejak saat itu, ibadah haji di Indonesia mulai diatur secara lebih sistematis dengan adanya kuota, pendaftaran yang terorganisir, serta penyediaan fasilitas yang lebih baik bagi jamaah.

Baca Juga  Yatsrib atau Madinah? Pandangan Sejarah dan Etika Penyebutan

Pada 1970-an, kuota jamaah haji Indonesia mulai ditingkatkan untuk memenuhi permintaan yang semakin besar dari umat Islam Indonesia. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Arab Saudi untuk meningkatkan fasilitas dan infrastruktur bagi jamaah haji Indonesia, baik di Tanah Suci maupun selama perjalanan.

Selain itu, pada 1980-an, Indonesia mulai menggunakan pesawat terbang untuk transportasi jamaah haji, menggantikan kapal laut yang dulu memakan waktu lama dan penuh risiko. Ini mempermudah jamaah haji untuk menunaikan ibadah mereka dalam waktu yang lebih singkat dan lebih aman. Dengan adanya pesawat terbang, perjalanan haji menjadi lebih cepat, yang memungkinkan jamaah untuk melaksanakan ibadah haji dengan lebih nyaman.

3380847001.jpg

Penyelenggaraan Haji di Era Modern

Saat ini, pelaksanaan ibadah haji bagi jamaah Indonesia sudah sangat terorganisir dan efisien. Setiap tahun, pemerintah Indonesia memberikan kuota haji yang cukup besar, mencapai sekitar 200.000 orang per tahun. Sistem pendaftaran dan pengelolaan haji yang lebih transparan dan terorganisir membuat jamaah haji Indonesia dapat berangkat dengan lebih mudah dan lebih aman.

Selain itu, fasilitas yang disediakan juga semakin memadai. Pemerintah Indonesia bersama dengan Arab Saudi menyediakan akomodasi yang lebih baik di Mekkah dan Madinah, serta layanan kesehatan yang memadai untuk jamaah haji. Di samping itu, pemerintah Indonesia juga berusaha untuk memberikan pelatihan dan pembekalan yang baik bagi jamaah haji sebelum berangkat, termasuk dalam hal manasik haji (tata cara pelaksanaan ibadah haji).

Namun, meskipun kemajuan dalam teknologi dan fasilitas telah membuat perjalanan haji semakin mudah, tantangan tetap ada, seperti panjangnya waktu tunggu untuk bisa berangkat haji akibat terbatasnya kuota dan meningkatnya jumlah pendaftar haji setiap tahunnya.

Tags :

Recent News

Related Post